Lombok Hari Pertama,
Ini kali pertama saya mengunjungi rumah Fathi--seorang sahabat lama saya yang asli Pulau Lombok. Kami berteman saat sama-sama berkuliah di Bandung, ia tinggal bersama dengan kedua orang tuanya, adik perempuannya, dan juga istrinya di rumah berlantai dua cukup besar.
Pada ruang tamu rumahnya, terdapat sebuah meja pajangan, sejenak melihat ke meja tersebut, ternyata isinya adalah beraneka ragam macam mutiara dengan warna-warna menawan dan berbagai macam ukuran. Seperti beberapa masyarakat Lombok, orangtua Fathi berjualan mutiara Lombok yang terkenal hingga mancanegara. Beberapa pameran skala nasional dan internasional sudah diikutinya, pembelinya pun banyak berasal dari mancanegara.
Saya dan Difa dipersilahkan masuk dan diperkenalkan satu persatu kepada keluarga Fathi, sangat ramah orangtuanya, berbicara dengan logat khas Lombok, logat yang sudah sering saya dengar saat berbicara dengan Fathi.
Fathi dan Yayat--panggilan akrab istrinya, mengajak kami keliling Lombok Selatan, daerah yang terkenal dengan keindahan pantainya. Yang kami tuju adalah Pantai Kuta, seperti di Bali nama pantainya, cuma di Bali dengan pengucapan "Ku'te", di Lombok pengucapannya sama dengan tulisannya, Kuta. Perjalanan dari daerah Cakranegara di Mataram cukup jauh, menempuh kurang lebih 2 jam perjalanan, melewati Praya--daerah yang sempat terkenal beberapa waktu lalu dikarenakan perang terkait dengan pembebasan lahan untuk Bandara Internasional Mataram yang sudah berlangsung sejak tahun 1991 dan tidak berkesudahan.
Kala itu, bandara masih dalam tahap penyelesaian, pembangunan jalan akses menuju bandara sedang dikebut, guna menyelesaikan target pembangunan bandara yang selalu mundur. Saat bandara ini selesai dibangun, maka Lombok lebih terbuka sebagai pintu gerbang internasional, wisatawan tidak perlu lagi mendarat di Bandara Ngurah Rai Bali untuk kemudian melanjutkan perjalananya menuju Lombok.
Tak lama, pemandangan pantai mulai terlihat di kejauhan, Pantai Kuta sebagai tujuan utama kami, warna airnya sangat biru dan jernih, yang lebih menggelorakan adalah pasir pantainya, seperti bubuk merica halus berwarna putih. Saat diinjak, pasirnya terasa lembut, inilah yang menjadi daya tarik Pantai Kuta, bahkan keindahannya melebihi Pantai Kuta di Bali menurut saya.
Pantai Kuta |
Perjalanan kami lanjutkan ke Tanjung Aan, sekitar 15 menit perjalanan dari Pantai Kuta. Saya dan Difa berdecak kagum melihat pemandangan yang terhampar di depan kami, pantai dengan gradasi warna yang sempurna, tidak ramai seperti Pantai Kuta dan juga bukit yang menjorok ke tengah laut. Sungguh indah yang tersaji di depan kami.
Pantai Tanjung Aan |
Pantai Tanjung Aan |
Sisi lain Pantai Tanjung Aan |
Difa, Saya, Fathi |
Bukit Astari |
Sebelum kembali ke Mataram, kami sempatkan untuk mampir ke Bukit Astari, tidak terlalu terkenal tempatnya, hany saja ada restoran dengan pemandangan indah disini, sayangnya saat itu tempat ini tutup.
No comments:
Post a Comment