Monday, September 10, 2012

Menyusuri Lombok Tengah

Hari Kedua di Lombok


Rasa lelah aktivitas kemarin belum juga hilang, terlalu antusias dengan tempat yang saya datangi, sehingga badan yang lelah setelah perjalanan panjang dari Banyuwangi ke Lombok kemarin saya abaikan. Akibatnya, pegalnya terasa hingga sekarang.

Namun, perjalanan harus tetap berjalan, rencana hari ini kami akan mengunjungi Lombok Tengah, dimana terletak duo air terjun indah di kaki gunung Rinjani, yaitu Air Terjun Sendang Gile dan Air Terjun Tiu Kelep. Kesahajaan kedua air terjun ini sudah tersohor, terlebih bagi wisatawan pecinta gunung.

Andaikan tidak ada Fathi yang mengantar, saya dan Difa pasti akan kesulitan untuk mencapai tempat ini. Lokasinya cukup jauh dan melalui jalan berliku, jalan utama yang kami lewati yaitu melintasi daerah Rembige, yang terkenal dengan sate lilit khas Rembige, kemudian melewati perbukitan dengan pemandangan indah di kanan-kirinya. Saat melintasi daerah Pusuk, kami berhenti sejenak untuk bercengkrama dengan monyet liar yang ada di pinggir jalan, monyet-monyet ini tidaklah beringas seperti di Monkey Forest, Ubud yang suka mengambil barang milik turis, monyet disini cenderung menunggu untuk diberi makanan daripada merebut dari tangan pengunjung. 

Salah satu pengunjung memberikan minuman botolnya kepada monyet, dengan cepat ia naik ke atas pohon agar minumannya tidak direbut oleh temannya. Saya sempat heran bagaimana caranya ia dapat membuka botol minuman tersebut, tak lama saya mengalihkan pandangan kepada monyet lain yang asik berebut kacang, monyet tadi sukses menenggak habis botol minuman tersebut. Cerdas!

Saya tertarik mengamati sepasang monyet yang asik melakukan hubungan intim siang itu, asik memotret mereka, rupanya sang pria merasa terusik dengan kegiatan saya, setelah ia menuntaskan hubungan intimnya ditandai dengan keluarnya cairan berwarna putih, ia pun mengejar saya seolah marah kepada saya. Saya yang tak siap dengan aksinya pun hampir saja jatuh ke jurang di samping saya, untung saja ia cepat pergi. Pengujung lain pun tertawa melihat aksi kejar-kejaran monyet dengan saya.

Puas bermain di Pusuk, kami meneruskan perjalanan ke Bayan, wilayah tempat Air Terjun Sendang Gile dan  Air Terjun Tiu Telep berada. Uang sebesar Rp.20.000 pun kami bayarkan di loket masuk, kemudian mendapatkan karcis dengan rincian biaya Rp.5.000/orang, cukup murah untuk tiket masuk ke kawasan ini. Dengan berjalan menuruni anak tangga dan melalui jalan setapak yang tidak terlalu besar, akhirnya kami sampai di perhentian pertama, Air Terjun Sendang Gile. Air terjun ini cukup tinggi, sekitar 30 m, dengan debit air yang kencang dan sangat dingin. Di bawah air terjun terdapat bebatuan dan tidak ada kolam untuk berenang seperti pada beberapa air terjun. 
Air Terjun Sendang Gile
Kami menikmati makan siang dengan duduk di bebatuan besar sekitar air terjun, banyaknya pengunjung di air terjun ini yang tidak sadar akan kecintaan terhadap lingkungan menyebabkan tempat ini terkotori sampah bawaan pengunjung. Beberapa tempat sampah yang disediakan pun tidak dimanfaatkan oleh pengunjung, sayang sekali.

Tak lama, kami pun berpindah ke Air Terjun Tiu Kelep, lokasinya lebih jauh dari Air Terjun Sendang Gile, sekitar 40 menit berjalan kaki. Jalan yang kami lewati ada kali kecil dengan air sangat bening, saya pun tak sabar bermain air segera menceburkan diri ke dalamnya, ah segar sekali. Kira-kira 40 meter dari air terjun, hempasan air sudah terasa, sehingga membasahi tas kami, air terjun ini berbeda karakternya dari Air Terjun Sendang Gile, Air Terjun Tiu Kelep mempunyai dua tingkatan air terjun yang mengalir sama derasnya. Sangat indah!
Jembatan Menuju Air Terjun Tiu Telep
Air Terjun Tiu Telep

Kami terpaksa menjauhkan kamera dan segala bawaan kami yang mudah basah agar terhindar dari cipratan air. Berenang di kolam air terjun ini disarankan berhati-hati, karena saat itu ada seprang perempuan yang hampir tenggelam karena ikut terbawa arus hempasan air terjun tersebut, selain kolam tersebut juga cukup dalam. Sayangnya tidak ada penjaga dari kawasan tersebut, sehingga jika terjadi kecelakan, tidak ada yang bisa diandalkan.

Puas bermain air di Tiu Kelep, kami kembali ke pelataran parkir untuk mandi dan berganti baju. Kamar mandi seadanya wujud kurangnya perhatian pemerintah setempat akan lokasi ini. Hari sudah mulai sore rencananya kami akan melihat sunset di Bukit Malimbu, tempat yang biasa digunakan untuk melihat matahari terbenam di Pulau Lombok. Lokasinya terletak di jalan antara Bangsal dengan Senggigi, di perbukitan yang banyak penjual makanan dan minuman membuka warungnya. 
Difa di Malimbu

Benar saja, melihat terbenamnya matahari dari Bukit Malimbu sangat indah, matahari turun sempurna pada horizon cakrawala yang berbatasan dengan laut, seolah menggambarkan matahari akan segera tenggelam ke laut. 

No comments:

Post a Comment

My TripAdvisor