Perbincangan menarik ini terjadi
antara saya dengan 2 orang traveler dari Slovenia dan Austria di
sebuah kamar dormitory di Siam Reap. Sudah satu tahun lebih saya bergabung
dengan CouchSurfing dan tidak pernah memikirkan hingga sejauh itu.
Selama ini, yang terlintas di
benak dan pikiran saya adalah CouchSurfing hanyalah sebuah komunitas yang
menghubungkan traveler dengan traveler lainnya. Nyatanya lebih jauh dari itu.
Bagi mereka yang sering melakukan perjalanan lintas negara dan menggunakan
CouchSurfing akan mudah memberikan jawaban jika diberikan pertanyaan seperti ini.
CouchSurfing adalah nyawa kami saat traveling, itu yang dilontarkan oleh Eta
Mijoc, seorang gadis Slovenia berumur 24 tahun. Saya hanya bisa merenungkan
kata-katanya.
Memang CouchSurfing bukan hanya
sebuah web ataupun komunitas online, tapi CouchSurfing nyata. Anggotanya saling
berinteraksi satu dengan lainnya, tidak terbatas pada budaya, agama, ras,
status sosial, dan juga daerah. CouchSurfing juga bukan hanya sekedar mencari
akomodasi dan menyediakan akomodasi gratis bagi traveler, tapi lebih jauh, ada
nilai yang dibawa dan terjadi pertukaran saat berinteraksi sesama anggota
CouchSurfing.
CouchSurfer Ho Chi Minh |
Karakter CouchSurfer tiap negara,
bahkan tiap daerah berbeda-beda. Beberapa traveler yang pernah surfing di
tempat saya mengatakan jika CouchSurfing di Indonesia sangat ramah dan aktif,
berbeda dengan CouchSurfing di negara asalnya, dan interaksi yang terjadi antar
anggota CouchSurfing di Indonesia cukup erat. Contohnya saat mereka tinggal di
Jakarta, mereka menginap di rumah saya, saat mereka ke Bandung, saya
referensikan kepada anggota CouchSurfing Bandung yang saya kenal, lalu saat
pindah ke Yogyakarta, mereka mendapat referensi host dari anggota CouchSurfing
Bandung, begitu seterusnya saat mereka pindah kota.
Georg dan Jakob |
Milan dan Sarka dari Ceko |
Milan membantu membuat lemper di kala Lebaran |
Pengalaman menjadi host yang baik
dengan tidak membeda-bedakan saat menerima tamu ternyata tidak menjamin saya
akan mendapatkan hal sama saat di negara lain. Belum tentu saat mengirimkan
CouchRequest akan diterima. Saya pernah mengirimkan lebih dari 10 CouchRequest
saat saya mengunjungi Phuket, tapi tidak ada satupun yang merespon, baik itu
masyarakat lokal ataupun expatriate yang tinggal di Phuket. Entah mungkin ada
yang salah dengan CouchRequest saya, tapi hal ini bukan hanya sekali saya
alami, sebelumnya di Vietnam dan Kamboja, saya pun mengirimkan CouchRequest
namun tidak ada yang merespon. Ditolak berkali-kali tetap tidak menyurutkan
saya terhadap komunitas ini. Saya yakin di belahan dunia lain, para CouchSurfer
akan berbaik hati membukakan pintu rumahnya untuk saya.
What a great couchsurfing experience. Saya juga sering "host" teman2 yang main ke Indonesia. Cuman sekarang karena rumah sudah jauh dari Jakarta, jadi kurang memungkinkan lagi untuk host orang.
ReplyDeleteBtw, saya ada pengalaman buruk couchsurfing di Fiji sih (http://www.cipuceb.blogspot.com/2012/08/travel-agent-berkedok-couchsurfing.html)
Masih di Autralia kah sekarang?
ReplyDeleteIya itu yg di Fiji kelewatan, mengambil keuntungan gitu. Bisa dilaporin ke CS-nya kok.
Sekarang sudah di Jakarta
ReplyDeleteboleh tuh mas , knalan sama bule'' nya..
ReplyDeleteTapi CouchSurfing bukan hanya sebatas bule lho..cari kenalan lokal juga asik :)
ReplyDelete