Belum lama rasanya saya terlelap
tidur, namun bunyi alarm dari hp cukup nyaring untuk membangunkan saya pagi
itu. Sengaja, saya bangun pagi sekali, karena akan melihat sunrise di Angkor
Wat yang (katanya) sangat mempesona.
Di depan hostel sudah berkumpul beberapa
pengendara tuk-tuk yang menawarkan untuk mengantarkan keliling Angkor Wat,
namun saya tolak, karena saya akan berkeliling dengan sepeda. Sepeda ontel yang
saya sewa seharga USD 2 dari hostel mulai saya kayuh, kondisinya tidak bisa
dibilang masih bagus, namun juga tidak jelek. Saya sudah cukup telat untuk
melihat sunrise pikir saya, karena saya berangkat pukul 4.30 pagi dan saya
belum tahu jarak dari Kota Siam Reap ke Angkor Wat berapa jauh.
Penerangan saya hanya dari senter
kepala yang saya bawa, jalanan sepi sekali, hanya suara tuk-tuk yang hilir
mudik, semuanya menuju arah yang sama, ke Angkor Wat. Saya mengikuti mereka
dalam kegelapan, kanan kiri saya tak lain pepohonan lebat. Setelah mengayuh
kurang lebih 40 menit, pintu gerbang loket Angkor Wat mulai terlihat, walaupun
samar-sama karena gelap.
Sepeda saya letakkan di area
parkir, kemudian menuju loket. Beberapa kali saya disapa dengan bahasa lokal
yang pasti tidak saya mengerti, saat di depan loket pun saya diajak berbicara
dalam bahasa lokal oleh petugas, “sue-saw-day” berkali-kali mereka menyebut
kata itu. Saat di depan loket dan hendak membayar pun mereka menyuruh saya
langsung masuk saja tanpa harus membeli tiket, hal ini saya ketahui dari
isyarat tangannya. Mungkin menyadari saya yang tidak mengerti saat diajak
berbicara bahasa Khmer, mereka menanyakan saya dari mana, saat saya bilang
Indonesia, saya kembali disuruh menuju loket untuk membeli tiket seharga USD
20. Andai saja saya membalas sapaan mereka dengan 'sue-saw-day' yang berarti
halo dalam bahasa setempat, saya tidak perlu membayar tiket masuk seperti
layaknya penduduk Kamboja. Haha.
Ada beberapa pilihan tiket masuk
untuk mengunjungi Angkor Wat, tiket harian seharga USD 20, tiket tiga hari
seharga USD , dan tiket 7 hari seharga USD . Biasanya wisatawan membeli tiket
harian dan 3 hari, yang membeli tiket 7 hari, biasanya adalah peneliti atau
pengamat yang suka dengan detail candi.
Angkor Wat belum lagi terlihat
dari pintu gerbang tempat pembelian tiket, masih sekitar 2km lagi. Udara pagi
hari cukup sejuk disana, lebih dari 50 menit menggenjot sepeda, tapi saya tidak
berpeluh. Sepeda saya parkirkan di pelataran parkir di depan Angkor Wat.
Ternyata saya salah duga, jam 5.30 pagi matahari belum sama sekali menunjukkan
rupanya, langit masih gelap. Sunrise disini rupanya mulai sekitar jam 5.45 kala
itu. Perlahan sinar matahari muncul dari belakang Angkor Wat, memberikan efek
mistis candi yang disinari cahaya matahari. Kolam di depan Angkor Wat merupakan
favorit para pengambil foto, karena dapat memberikan efek refleksi sempurna
Angkor Wat.
|
Angkor Wat 6.00AM |
|
Kolam di Depan Angkor Wat |
|
Matahari pagi di Angkor Wat |
Tak ingin menunggu lama, saya
mulai memasuki Angkor Wat yang megah tersebut, saya mulai menjelajahi sayap
kanan Angkor Wat, memperhatikan detail arca dan juga ukiran dinding. Sesekali
saya mendekat ke rombongan turis yang ada guide-nya, berpura-pura sebagai salah
satu peserta tour, guna mendapatkan informasi gratis mengenai Angkor Wat. Haha.
|
Angkor Wat dari lantai atas |
|
Bagian sayap kanan Angkor Wat |
Kemudian saya mengantri untuk
naik ke bagian puncak Angkor Wat, tangganya cukup curam, diharapkan sangat
berhati-hati dalam melangkah.
|
Mau Foto? Bayar. |
|
Di salah satu sisi Angkor Wat |
Saya lalu pindah lokasi ke Angkor Thom, matahari mulai tampak menerangi keseluruhan Angkor Wat, cukup terik. Rombongan
turis menggunakan bus hilir mudik, mayoritas oma-opa berasal dari Korea Selatan
dan Jepang. Tidak banyak wisatawan lokal, padahal biaya masuk ke Angkor Wat GRATIS bagi warga negara Kamboja. Wisatawan asing cukup banyak disini, tapi
tidak datang dengan rombongan, lebih banyak mereka adalah
individual traveler.
Bayon adalah tujuan selanjutnya,
saya kagum dengan candi ini, memiliki tower berjumlah 54 buah dengan bentuk kepala
yang menghadap ke 4 sisi. Sebagian bangunannya tidak utuh lagi, namun tidak
mengurangi keindahannya, beberapa relief masih nampak jelas.
|
Bayon |
|
Bayon dari luar |
Selanjutnya perjalanan saya
teruskan ke Ta Prohm, yang sangat terkenal karena digunakan sebagai tempat
syuting Tomb Raider yang diperankan oleh Angelina Jolie. Penduduk sekitar
menyebut Ta Phrom sebagai
Jungle Temple, awalnya saya tidak tahu mengapa
disebut sebagai
Jungle Temple, namun setelah sampai disana, saya paham mengapa
disebut demikian. Ta Prohm memang seperti candi yang berada di hutan, beberapa
bagian candi diselimuti pepohonan besar dengan akar yang menjalar kemana-mana.
Sulit membayangkan bagaimana pohon-pohon tersebut dapat tumbuh berkisinambungan
dengan bangunan candi.
Saat itu sedang dilakukan
pemugaran bangunan candi yang sudah hancur, pemugaran tersebut dilakukan atas prakarsa pemerintah India. Berdasarkan referensi dari seorang teman, saya berusaha mencari arca
“smiling Budha” yang tersembunyi diantara pepohohan. Mencari kesana-kemari
namun saya tidak dapat menemukannya, akhirnya saya bertanya kepada salah seorang
guide, dengan baik hatinya ia mengantarkan saya menuju tempat tersebut, padahal
ia sedang bertugas memandu 2 orang turis dari Amerika.
|
Pohon besar Silk-cotton di Ta Prohm |
Menghindari para penjual souvenir
adalah paling baik, para penjual souvenir ini lebih banyak anak-anak. Awalnya mereka mendekati kita, memuji-muji, kemudian menawarkan barang
dagangan, dan akhirnya sedikit memaksa untuk membeli. Tidak jauh berbeda dengan
keadaan di Indonesia.
Waktu sudah menunjukkan pukul 3
sore saat saya selesai berkeliling Angkor Wat, rencana untuk melihat sunset di
Pnomh Bakeng saya batalkan karena sudah sangat lelah. Sepeda saya arahkan
kembali ke hostel untuk beristirahat sebelum menghabiskan malam di Siam Reap.
|
Night market |
Tertidur selama 3 jam, saya pun
mulai bersepeda melihat Kota Siam Reap di malam hari. Siam Reap memiliki
beberapa pasar malam, diantaranya Angkor Night Market dan Siam Reap Night
Market. Harganya? Jangan ditanya, murah sekali, saya membeli
hammock seharga
USD 3, kaos bergambar Siam Reap seharga USD 3, kaos dengan kualitas bagus pun
hanya diharga USD 5. Pembayaran di Siam Reap sangat lazim menerima USD, bisa
bayar dengan USD atau Riel, mata uang setempat, kadangkala saat membayar dengan
USD, uang kembalian bisa diberikan Riel atau sebaliknya.
|
Jenis makanan di All You Can Eat |
|
Makanan dimasak di atas arang |
Puas berbelanja dan tak ingin
berlama-lama di
night market karena takut menghabiskan seluruh uang saya, lalu
saya makan malam di sebuah restoran
all-u-can-eat hanya USD 3,5!! Makanannya
enak dan restorannya ramai sekali, namun ada beberapa menu yang mengandung
babi, pelayannya akan menginformasikan kok mana menu yang halal dan mana yang tidak, asalkan kita bilang jika kita tidak memakan daging babi.
No comments:
Post a Comment