Taman Nasional Meru Betiri menjadi
taman nasional terakhir dari 3 taman nasional di Provinsi Jawa Timur yang saya
kunjungi. TN Meru Betiri terletak pada dua wilayah, yaitu Jember dan
Banyuwangi, keduanya mempunyai keeksotisan tersendiri.
Akses menuju taman nasional
memang tidak selalu mudah, begitu juga akses menuju TN Meru Betiri. Beberapa
informasi yang saya dapatkan menyebutkan tidak ada kendaraan umum menuju lokasi
TN Meru Betiri. Saya memilih untuk mengunjungi TN Meru Betiri pada wilayah
Jember, dengan pertimbangan waktu tempuh yang lebih cepat dan akses yang lebih
mudah.
Jika menggunakan mobil,
disarankan untuk menggunakan mobil dengan ground clearance yang cukup tinggi
dan bertenaga. Jika menggunakan motor, lebih baik menggunakan motor non-matic.
Gerbang utama Taman Nasional Meru Betiri wilayah Jember |
Setelah menempuh perjalanan 1 jam
menembus perkebunan karet, sampailah saya pada pintu gerbang bertuliskan Taman
Nasional Meru Betiri. Akhirnya, saya bisa menjejakkan kaki juga di taman
nasional ini.
Seorang petugas penjaga menyapa
saya ramah, seraya mengutarakan maksud kedatangan saya siang itu. Ia berusia
sekitar 50 tahun, dengan rambut yang sudah mulai memutih, dulunya Pak Cucuk ditugaskan
pada Taman Nasional Alas Purwo sebelum dipindahkan kesini. Pantas ia belum
terlalu hapal mengenai taman nasional ini.
Saya menyerahkan uang sebesar Rp.8.000
sebagai tiket masuk TN Nasional Meru Betiri untuk 2 orang, walaupun di lembar
tiket hanya tertulis Rp.2.500. Ia memberi saya beberapa brosur mengenai TN Meru
Betiri. Jika dilihat dari brosurnya, TN Meru Betiri menarik, ada banyak hal
yang bisa dilakukan di taman nasional ini. Disebutkan di Pantai Bandealit
sebagai daya tarik utama ada fasilitas kano, bodysurfing, menyusuri sungai
menggunakan speedboat, dan juga green house anggrek yang koleksinya banyak
menyimpan anggrek varietas langka.
Perjalanan hanya 14 km dari pintu
gerbang utama, tapi ini akan sangat menantang karena medannya yang rusak parah.
Hati-hati di jalan, karena jalan licin, cuma itu pesan Pak Cucuk.
Jalan yang rusak |
Benar saja, baru beberapa ratus
meter meninggalkan pintu masuk TN Meru Betiri, di depan saya jalanan menanjak
dengan kontur yang rusak menyambut saya. Sejenak saya berhenti guna melihat
rute utnuk melewati jalan tersebut. Sukses menempuh jalan tersebut, pada
beberapa tempat saya kembali harus menjumpai keadaan serupa.
Kali ini batang pohon yang tidak
terlalu besar menutupi jalan saya, dari letaknya batang pohon tersebut terlihat
sengaja diletakkan, bukan pohon yang tumbang. Entah siapa yang melakukan itu,
karena lokasi ini sepi sekali. Susah payah saya mendorong batang pohon tersebut
agar menjauhi jalanan.
Perkampungan warga |
Beberapa kilometer terakhir dari
Pantai Bandealit, saya melihat ada perkampungan warga. Aneh juga melihat adanya
perkampungan warga di dalam kawasan taman nasional. Rumah-rumah semi permanen
berbahan kayu anyaman, sepi sekali, tidak terlihat adanya kegiatan dari penghuninya.
Gerbang masuk Pantai Bandealit |
Perjalanan saya lanjutkan
kembali, ada pos penjagaan menuju Pantai Bandealit, namun pos tersebut kosong.
Pada sisi kiri saya ada beberapa petunjuk mengenai tempat di sekitar Pantai Bandealit.
Pantai Bandealit |
Pantai Bandealit |
Akhirnya, Pantai Bandealit berada
di hadapan saya, terbayar lunas perjuangan menembus medan menuju pantai ini.
Garis pantainya cukup panjang dengan ombak yang cukup deras, saya rasa ombaknya
bisa digunakan untuk olahraga selancar. Saat perjalanan pulang saya menjumpai dua orang pemuda lokal yang menenteng papan selancar, ternyata mereka akan berselancar di Pantai Bandealit.
Muara sungai |
Camping ground Pantai Bandealit |
MCK? |
Pada sisi sebelah kanan pantai,
ada muara sungai yang biasa menjadi tempat mencari minum rusa-rusa yang ada di
taman nasional ini. Siang itu, tidak ada satwa apapun yang mendekat ke pantai,
sayang sekali.
Kawasan mangrove |
Papan penunjuk bertuliskan menuju
kawasan hutan mangrove membelokkan saya sekitar beberapa ratus meter. Ada dua
buah bangunan pondok wisata yang kosong, kedua bangunan ini tidak terurus,
mungkin karena tidak ada pengunjung yang memanfaatkan, jadi kondisinya
dibiarkan terlantar.
Di belakang pondok wisata,
terdapat rawa yang menjadi hutan mangrove. Tempat ini menarik sekali dengan
latar pemandangan gunung kecil dan hutan mangrove. Fasilitas speedboat yang
disebutkan pada brosur memang ada, namun melihat kondisinya saya tak yakin
masih bisa digunakan dengan baik.
Bagi yang ingin mengunjungi TN
Meru Betiri, perjalanan akan sangat panjang dan melelahkan. Jika berasal dari
kota lain, bukan dari Jember. Bisa beristirahat semalam di kota Jember sambil
menikmati wisata kulinernya. Ada 2 pilihan hotel murah di Jember dari Raja Kamar yang
bisa dimanfaatkan, yaitu Hotel Royal dan Hotel Panorama. Konsisten dengan harganya yang murah, Raja Kamar juga sering mengadakan promo, seperti promo hotel seharga 88rb saja. Dengan harga hotel semurah itu, bisa dibilang kalian itu liburan gratis di hotel berbintang.
No comments:
Post a Comment