Thursday, May 31, 2012

Kenali Gajah di Way Kambas

Cerita ini merupakan kelanjutan perjalanan dari Pulau Tegal sebelumnya.

Taman Nasional Way Kambas (TNWK) terletak di Lampung Tengah, merupakan salah satu Taman Nasional di ranah Sumatera. Yang paling terkenal dari TNWK tentunya adalah pusat pelatihan gajah. saat ini TNWK tidak hanya sebagai pusat pelatihan gajah, namun juga sebagai tempat konservasi gajah, mulai dari penjinakan dan pembiakan. Di TNWK ada atraksi gajah yang unik, yaitu gajah bermain bola.


Kali ini kemudi setir diserahkan kepada saya, dengan cepat saya arahkan kemudi menuju Taman Nasional Way Kambas, sekali lagi kami kurang mempunyai informasi pasti mengenai arah ke TN Way Kambas. Namun, jika dilihat di GPS, jarak dari Pulau Tegal menuju TN Way Kambas tidaklah jauh, saya memperkirakan dalam 2 jam kami sudah tiba di TN Way Kambas. Nyatanya, simpang siurnya informasi lagi-lagi menyesatkan kami, sehingga perjalanan kami tempuh selama 4 jam.

Jalan yang rusak parah dengan kondisi berlubang dengan kedalaman 20 - 40cm menambah lama perjalanan ini, beberapa kali mobil harus saya kemudikan sangat perlahan dan beberapa kali juga suara sreeeekkk dari bawah mobil terdengar keras, rusak deh mobil Nana :p.

Rencana awal, kami tidak menginap di TN Nasional Way Kambas, namun hari sudah petang ketika kami mulai menemukan arah yang benar menuju Way Kambas. Benar saja, saat akan memasuki TN Way Kambas, ternyata sudah ditutup. Disarankan kami kembali esok hari atau menginap di lokasi TN Way Kambas.

Mess milik TN Way Kambas yang ditawarkan kepada kami seharga Rp.200.000/kamar terasa cukup mahal jika dibandingkan dengan kondisi kamarnya. Kami memutuskan menggunakan tenda untuk kemping di sekitar lokasi dengan bayaran serelanya, menurut penjaga TN Way Kambas.

"Di lokasi ini memang sudah disediakan area untuk mendirikan tenda, biasanya yang datang adalah rombongan besar. Dan kita menyediakan paket untuk mereka, termasuk dengan atraksi gajah", ujar salah seorang penjaga TN Nasional.

Fasilitas untuk kemping disini cukup lengkap, ada 2 buah toilet yang bisa dipergunakan bagi yang kemping dan juga mushola. Selain itu ada sebuah gazebo kecil dan warung kecil ada di depan pintu masuk kawasan TN Way Kambas. Yang kami takutkan cuma bagaimana jika kawanan gajah liar memasuki area kemping kami, tapi hal tersebut ditepis oleh penjaga TN Way Kambas yang menyebutkan tidak ada kawanan gajah liar berani hingga ke wilayah pintu masuk, karena daerah ini ramai.

Sialnya baru saja tenda kami dirikan, hujan besar turun, sehingga membuat tanah menjadi becek. Kami pun memindahkan tenda ke dalam gazibo, cukup aneh berkemah beratapkan gazibu. Kami pun terpingkal-pingkal melihat ulah kami sendiri ini.
We are..

Berkemah di Gazebo

Malam terasa sangat sunyi, beberapa bungkus mie instan sudah kami santap untuk makan malam. Hujan pun belum berhenti saat kami satu per satu memasuki tenda, kami pun tertidur di tengah bunyi rintikan hujan dan aroma tanah yang basah terkena hujan. Good night!

Mentari belum juga muncul, andaikan ia muncul pun pasti tidak akan terlihat sinarnya, jelas saja rimbunan dedaunan menutupi cahaya tersebut, belum lagi atap gazebo ini. Kami sudah bangun pagi ini, agendanya adalah kami akan melihat para gajah mandi, apa menariknya melihat gajah mandi pikirku saat itu, tapi inilah yang bisa kami lakukan saat tidak bisa melihat atraksi gajah bermain bola. Atraksi gajah bermain bola disiapkan jika sudah ada pemesanan sebelumnya oleh rombongan berjumlah cukup banyak. Kali itu kami tidak beruntung, tidak ada rombongan besar yang datang. 
Pagi hari di Way Kambas
Alhasil kami melihat beberapa gajah yang sedang dimandikan, gajah ini dikelompokkan, ada yang satu keompok 3 gajah atau 2 gajah. Dengan seutas rantai besar melilit diantara mereka dan seorang pawang yang naik diantara mereka, gajah-gajah tersebut berjalan beriringan dan mulai memasuki kolam besar tempat mereka mandi. Nampak mereka sangat menikmati waktu mandi mereka, sesekali mereka menyelam hingga hanya terlihat belalainya saja menjulang ke luar dari air. Seekor gajah kecil nampak berlari ke arah kami, namun larinya seperti tergopoh-gopoh, ternyata kedua kaki depannya diikat rantai. Tak lama seorang pawang berlari dengan memegang tongkat seraya mengusir gajah kecil lucu tersebut.
Gajah liar dewasa akan dimandikan

Atraksi gajah mandi
Gajah kecil yang iseng


Bona si Gajah Imut

Dua bungkus kacang yang kami beli sebelumnya pun habis kami bagi-bagikan kepada gajah-gajah tersebut. Tawaran untuk menaiki gajah dengan tarif Rp.10.000 kami tolak, kami lebih memilih untuk melihat gajah-gajah liar yang diikat pada sebuah padang sangat luas. Seorang pawang mengingatkan kami agar tidak terlalu dekat dengan gajah-gajah tersebut, karena masih liar.
Padang penjinakan gajah
Agenda selanjutnya adalah mengunjungi Way Kanan, masih menjadi bagian dari TN Way Kambas, Way Kanan merupakan kawasan konservasi untuk beberapa satwa, sehingga untuk memasuki Way Kanan diperlukan Simaksi (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). Memperoleh Simaksi cukup mudah, dengan mengajukannya pada kantor TN Way Kambas di pintu masuk kawasan dengan biaya Rp.20.000.

Jarak dari pintu masuk kawasan TN Way Kambas menuju Way Kanan sejauh 13 km, kondisi jalan sudah beraspal dan cukup untuk 1 mobil, pada beberapa lokasi ada bagian aspal yang sudah rusak, namun secara keseluruhan, jalan cukup bagus. Wangi khas dedaunan yang terkena air hujan semalam tercium sepanjang perjalanan ini, Kami sempat melihat monyet ekor panjang yang asik melompat dari satu pohon ke pohon lainnya dan juga suara kicauan burung yang terbang menjauh begitu mendengar deru mesin mobil kami. Seolah mereka terganggu dengan kehadiran kami dan berteriak sambil menjauh.

Satu jam perjalanan kami tempuh, akhirnya kami sampai di Way Kanan, petugas penjaga kawasan menyambut kehadiran kami. Tampak beberapa mobil dengan plat Jakarta berada di lokasi parkir kawasan ini, saat pandangan menyapu sekeliling, lokasi ini merupakan penginapan bagi yang ingin bermalam di Way Kanan, dengan harga sebesar Rp.200.000 per kamar tentunya tidak terlalu mahal dibandingan pengalaman bermalam disini. Pelataran parkirnya dipenuhi beberapa rusa yang sedang merumput. 

Yang menarik disini adalah menyewa speed boat berkapasitas 7 orang untuk menyusuri sungai Way Kanan, namun harga yang ditawarkan cukup mahal, antar Rp.750.000 - Rp.1.500.000 tergantung jauhnya jarak yang ingin kita tempuh. Terlampau mahal untuk para wisatawan seperti kami, yang hanya ingin melihat-lihat Way Kanan. Opsi lain yang kami ambil yaitu trekking di sekitar hutan Way Kanan, dengan membayar sebesar Rp.20.000 per orang kami trekking dipandu oleh seorang ranger dari Way Kanan. 
Trekking di Way Kanan
Hutan yang kami masuki basah, terlihat jejak samar jalur trekking yang akan kami lewati. Ranger sebentar-sebentar berhenti menunggui kami yang kadang terlihat lelah menyusuri jalur trekking. sekitar 30 menit trekking, saya merasa geli pada kaki saya, saat saya lihat, ternyata beberapa pacet kecil sedang asik menghisap darah saya. Tidak!! Ini pertama kalinya saya terkena pacet, bukan sakit yang saya rasa, namun geli yang tertahankan, entah mengapa saya merasa seperti itu. Sejak saat itu saya merasa sangat trauma dengan pacet. Memalukan. Apa daya sejak saat itu teman-teman saya mempunyai bahan lawakan baru tentang saya dan pacet.
I hate pacet..!!
Menjelang siang kami kembali menuju Way Kambas, dengan berhenti sesaat di pimtu Suaka Rhino Sumatera. Sayangnya kami tidak bisa memasuki tempat ini, dikarenakan tempat ini sangat dijaga kealamiannya. Untuk memasuki tempat ini, perlu adanya surat izin dari YABI (Yayasan Badak Indonesia), populasi Badak Jawa di lokasi ini hanya tinggal beberapa ekor saja. Sangat mengkhawatirkan.

Pintu Masuk Suaka Badak


Selepas keluar dari kawasan TN Way Kambas, mobil kami arahkan ke Pelabuhan Bakauheuni. Dua jam kemudian, kami mulai memasuki Pelabuhan Bakauheuni, antrian panjang kendaraan mengular di depan pintu masuk Pelabuhan Bakauheuni, menandakan waktu liburan panjang sudah usai.

Sampai Jumpa Sumatera!

Fact Behind Story :
Tiket masuk TN Way Kambas  : Rp.6.000/orang
Trekking di Way Kanan            : Rp.20.000/orang
Simaksi                                     : Rp.20.000

Photos courtesy of Tareh

No comments:

Post a Comment

My TripAdvisor