Thursday, May 31, 2012

Perjalanan Menuju Lombok

Perjalanan overland saya dan Difa pun berlanjut setelah beristirahat sejenak di Banyuwangi. Tujuan kami selanjutnya adalah Lombok, tidak sabar rasanya untuk menjejakkan kaki disana dan menikmati keindahan alam Pulau Lombok. Pulau dengan luas 5.435 km2 ini termasuk sebagai pulau dengan berbagai macam keindahan alam, baik itu alam bawah laut maupun daratnya. Dilihat sekilas dari peta, Pulau Lombok berbentuk sedikit bulat dan memiliki ekor di bagian bawahnya.

Peta Lombok (Sumber : www.sasak.org)

Perjalanan dari Banyuwangi ke Lombok bisa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan menaiki bis hingga ke Terminal Ubung Bali, kemudian dilanjutkan dengan angkutan ke Pelabuhan Padang Bai. Bisa juga dengan naik bis 3/4 dari Terminal Gilimanuk langsung ke Pelabuhan Padang Bai. Namun kedua cara ini biasanya dilakukan pada siang hari, karena sore hari dan menjelang malam, hampir dipastikan sulit menemukan angkutan ke Terminal Ubung maupun ke Pelabuhan Padang Bai. Cara alternatif jika memang sore ataupun malam hari ingin menuju Bali dari Banyuwangi adalah menyebrang sendiri dengan ferry, kemudian di Pelabuhan Gilimanuk menumpang bis dari Pulau Jawa yang akan menyebrang ke Bali. Biasanya ada jam-jam tertentu dimana bis ini akan menyebrang, untuk jadwal pastinya bisa ditanyakan kepada ojek-ojek yang banyak terdapat di sekitar pelabuhan, ataupun bisa langsung menumpang bis dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.

Namun, cara yang saya lakukan berbeda dengan yang sudah saya jelaskan di atas. Kami mendapat info jika setiap hari ada pengiriman mobil baru dari Jakarta ke Pulau Bali ataupun Pulau Lombok. Cara pengirimannya bukan diangkut dengan truk pengangkut mobil, namun mobil dikendarai sendiri oleh supir dari Jakarta hingga sampai di Bali atau Lombok. Penduduk setempat menyebut angkutan seperti ini sebagai profitan, entah artinya apa. Biasanya jenis mobil yang dikirim berbeda-beda, tergantung pesanan. Kali ini mobil yang kami tumpangi adalah mobil jenis Avanza, masih baru, bangkunya pun masih dilapisi plastik. Setelah tawar-menawar harga, yang sedikit mahal dibandingkan biasanya, namun kami cukup maklum, karena saat itu mendekati tahun baru. Selain kami, ada 4 orang lagi yang menumpang profitan, dengan tujuan Lombok. Sedikit tanya dengan supirnya, ternyata bisa juga jika kita ikut profitan dari Jakarta, tentunya dengan tarif berbeda.

Entah karena terlalu lelah atau memang sudah malam, saya langsung tertidur begitu menaiki mobil, saat bangun, sudah lewat tengah malam, mobil sudah akan menyebrang dari Padang Bai. Kami segera naik ke geladak kapal untuk melanjutkan tidur, kapal ini cukup besar, dan terbagi atas beberapa ruangan, ada ruangan dengan kursi kulit, ada ruangan dengan kasur matras, tentunya ada harga tambahan yang harus dibayar jika ingin menggunakan salah satu ruangan ini.
Tempat duduk di dalam kapal
Kasur di dalam kapal
15rb untuk sewa kasur

Perjalanan menyebrangi Selat Lombok selama 5 jam tidak terasa, karena kami tertidur pulas. Jam setengah 6 pagi, kapal sudah mulai mendekati Lombok. Langit cerah menyambut kedatangan kami pagi itu di Pulau Lombok, terlihat di kejauhan Pelabuhan Lembar yang tidak lama lagi kami pijak.
Pulau Lombok di pagi hari
Armada kapal yang sedang bersandar di dekan Pelabuhan Lembar

Jika menggunakan kendaraan umum, dari Pelabuhan Lembar menggunakan engkel semacam elf dengan tarif Rp.15.000 hingga Terminal Bertais. Terminal ini sepi sekali, hampir tidak ada bis yang berada di dalam terminal, di luar terminal dipenuhi beberapa pria yang berprofesi sebagai calo, dengan badan kekar dan hitam legam, tipikal masyarakat dari daerah Timur Indonesia.

Tak lama, Fathi--teman lama saya di Bandung datang menjemput. Perjalanan saya di Lombok ini akan menginap di rumahnya.

No comments:

Post a Comment

My TripAdvisor