Setelah sebelumnya merubah hari keberangkatan saya menjadi mundur 1 hari lebih lama, pesawat Air Asia yang dijadwalkan berangkat pukul 4:35 sore pun siap diberangkatan. Kali ini tujuan saya Ho Chi Minh di Vietnam. Sudah lama saya penasaran dengan salah satu negara Indo China ini, terkenal dengan sejarah panjangnya dengan Amerika, sampai wanitanya yang terkenal cantik.
Saat sedang menunggu di boarding lounge, saya bertemu dengan teman saya, Ninik yang ternyata juga akan berangkat ke Ho Chi Minh. Bedanya ia berangkat dengan membawa serombongan orang, ia memang bekerja di salah satu travel agent cukup ternama di Jakarta. Ketidaksengajaan ini sungguh saya amini, karena saat tiba di Ho Chi Minh, Niniek mengajak saya turut serta ikut dalam busnya ke pusat kota, untuk menghemat biaya taksi akhirnya saya penuhi ajakannya. Ditambah lagi kami makan dulu di salah satu restoran Pho dan saya tidak perlu membayar. Rezeki yang saya amini. Pho merupakan mie khas Vietnam yang ukurannya besar-besar, dicampur daging dan sayuran. Berhati-hati saat memakan Pho, karena banyak Pho yang menggunakan daging ibab.
Kami pun berpisah di depan hotel tempat mereka menginap, sedangkan saya harus berjalan ke District 1, yang terkenal sebagai area backpacker. Ho Chi Minh seperti layaknya Jakarta, padat, ramai dengan kendaraan motor, macet, namun trotoar bagi pejalan kaki tertata rapi disini. Jauh lebih layak untuk berjalan kaki dibandingkan Jakarta.
Setelah berjalan sekitar 200m akhirnya saya sampai di District 1, banyak sekali hostel di pinggir jalan, beberapa sudah penuh dan menawarkan harga cukup mahal bagi saya. Saya pun memfokuskan pencarian di gang-gang yang harganya lebih murah daripada yang terletak di pinggir jalan. Tak lama saya mendapatkan hostel dengan harga USD 6/malam untuk kamar dormitory sebanyak 8 orang per kamar, namanya Nga Hoang Hostel. Lumayan bersih dan enak kamarnya. Tak ingin berlama-lama di hostel, saya memutuskan untuk melihat District 1. Banyak bar dan warung pinggir jalan yang menjadi tempat nongkrong wisatawan sambil minum bir.
Kamar di Nga Hoang Hostel |
Saigon Beer |
Wanita Vietnam memang sungguh cantik, tipikal wajah oriental Indo China yang tidak terlalu sipit matanya namun putih terawat. Oh ya, mereka juga sangat sexy, tak sungkan mengenakan pakaian minim, bahkan sangat minim, padahal mereka naik motor. Keadaan sangat berbeda saat siang hari, mereka menutupi seluruh tubuhnya, sehingga seperti ninja agar tak terkena panas Ho Chi Minh yang menyerupai Jakarta.
Namanya Trang, seorang waiteress di Allez Boo, dari ia saya banyak mendapat informasi mengenai penduduk Ho Chi Minh dan tempat-tempat yang menarik dikunjungi. Nama Trang di Vietnam, seperti Nama Zhang di China dan nama Budi di Indonesia, jutaan yag memiliki nama ini. Namun yang berbeda dari Trang ini adalah ia cantik. HAHA.
Dari tempat duduk saya di Allez Boo, saya dapat melihat banyak hal menarik. Pengendara sepeda motor di Ho Chi Minh gemar sekali membunyikan klakson, padahal tidak ada apa-apa yang menghalangi jalan mereka. Mereka melakukan ini sebagai pertanda bahwa mereka menginformasikan jika ada mereka akan lewat. Lucu sekali. Batas maksimal kecepatan sungguh dipatuhi oleh setiap pengendara kendaraan motor disini, hanya 40km/jam. Walaupun jalan kosong, tapi mereka setia untuk tidak memacu kendaraannya lebih dari 40km/jam. Bandingkan dengan di Jakarta, dimana selama jalan kosong, kita tidak memiliki batas maksimal kecepatan, you can go as fast as you can. HAHA.
Jam 1 pagi, saya kembali ke hostel, besok pagi akan berangkat ke Kamboja dengan bis Sinh Tourist. Setelah saya lihat, ternyata tempat keberangkatan berseberangan dengan hostel saya menginap. Sungguh kebetulan sekali. Nite!
Nice story.. HCMC memang menyenangkan yah. Padat tapi ramah turis. Sayangnya orang2 nya kadang ga ramah
ReplyDeleteYa, terkadang memang orangnya cenderung kurang ramah atau memang ekspresi mereka seperti itu ya?
Delete