Hari Ketiga di Lombok,
Saya dan Difa memutuskan untuk mengunjungi Gili Trawangan, kami menunggu angkutan Engsel (Elf) menuju Bangsal dari Rembige. Dengan membayar sebesar Rp.15.000 kami sampai di Pemenang, Engsel tidak masuk hingga Pelabuhan Bangsal, pilihannya kami harus berjalan kaki atau naik cidomo dengan membayar Rp.20.000.
Angkutan Engkel (Elf) ke Pemenang |
Di pelataran parkir Pelabuhan Bangsal, banyak cidomo yang terparkir, sebagian membawa bahan makanan, yang saya duga untuk hotel-hotel atau warung di Gili Trawangan. Baru saja kaki kiri saya turun dari Cidomo, gerombolan calo sudah mengerubungi saya untuk menawarkan charter kapal ke Gili Trawangan, yang jelas saya tolak. Saya lihat ada kapal yang akan berangkat ke Gili Trawangan, seorang calo menyuruh saya langsung naik kapal tersebut dan membayar tiket di atas perahu, setelah berlari-lari menuju kapal, nyatanya saya ditolak naik kapal dan disuruh membeli tiket di kantor pelabuhan. Hmmm calo kampret!! Kapal itu pun pergi meninggalkan saya di pinggir pelabuhan.
Cidomo |
Setelah membeli tiket dengan harga Rp.10.000 per orang, saya dan Difa menunggu di dalam pelabuhan. Ada beberapa bangku panjang di dalam, banyak juga wisatawan asing berada disini, namun tidak semuanya pergi ke Gili Trawangan, ada juga yang menuju Gili Air dan Gili Meno.
Gili Trawangan..Gili Trawangan...suara petugas perahu membangunkan saya yang sedikit terlelap, tanda untuk naik perahu. Perahu ini hanya terdapat dua bangku kayu panjang untuk duduk, sedangkan di depan bangku untuk menaruh barang bawaan. Yang parahnya, di perahu ini sama sekali tidak ada pelampung (life vest), memang perjalanan dari Pelabuhan Bangsal ke Gili Trawangan tidak terlalu lama, hanya 15 menit, namun dalam waktu 15 menit dapat terjadi apa saja, terlebih di laut. Dari penumpang yang sudah berulang kali menumpang kapal, saya mendapat cerita jika banyak kecelakaan kapal di sekitar sini. Terakhir kali 1 minggu sebelum saya datang, beberapa orang sempat tenggelam, namun untungnya semua selamat.
Perahu ke Gili Trawangan |
Sesampainya di Gili Trawangan, kami mencari homestay, beberapa homestay cukup bagus terletak di bagian kanan dermaga, rata-rate menawarkan harga Rp.200.000. Setelah mencari agak ke dalam, kami menemukan penginapan seharga Rp.125.000, tempatnya cukup nyaman karena terletak agak ke dalam, sehingga tidak terlalu ramai.
Salah Satu Villa di Gili Trawangan |
Suasana di Gili Trawangan |
Mushroom!! Pemilik homestay tempat kami menginap menawarkan mushroom, cukup mahal, kira-kira satu gelas air mineral kecil harganya Rp.100.000. Penasaran dengan rasanya, kami membeli 1 paket mushroom, kemudian dimasak dengan cara dicampur dengan telor dadar. Satu suap, dua suap, tiga suap, sampai habis seluruh telur dadar, namun tidak ada perubahan signifikan terhadap kami. HAHA. Kurang mempan rupanya magic mushroom terhadap kami.
Mushrooms!! |
Blue Marlin menjadi pilihan kami untuk menghabiskan waktu malam itu, klub di Gili Trawangan ini bukanya bergantian, tidak selalu setiap hari buka, namun masing-masing klub memberikan kesempatan kepada klub lain agar tidak ada persaingan. Suasana Blue Marlin cukup ramai, lokal maupun turis asing, yang agak mengganggu saya adalah, perilaku pria lokal, entah mungkin penduduk lokal yang sikapnya seenaknya terhadap wanita, main colek dan main pegang-pegang saja. Membuat para wanita merasa tidak nyaman.
Penyewaan Sepeda di Gili Trawangan |
Pantai Gili Trawangan |
Pukul 2 pagi kami kembali ke homestay dan terlelap hingga siang. Saya habiskan waktu untuk berkeliling Gili Trawangan, sebelum pulang kembali ke Bangsal jam 12 siang.
No comments:
Post a Comment