Sunday, November 25, 2012

Memajukan Budaya Malu



Sudah bukan rahasia lagi jika rasa “malu” sudah hampir hilang dari peradaban Indonesia. Malu disini maksudnya adalah malu mengakui kesalahan.



Lihatlah beberapa contoh paling umum yang sering kita jumpai setiap hari di bawah ini :

1. Malu membuang sampah
Sampah telah menjadi permasalahan panjang yang berkelanjutan bagi negeri ini, timbulnya permasalahan sampah tak terlepas dari kurangnya pengetahuan mengenai bahaya sampah. Sampah andai dimanfaatkan dengan baik dapat berdaya guna dan bermanfaat baik. Melakukan perubahan tidak sulit, cukup biasakan diri dengan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, jika hal ini menjadi kebiasaan, orang yang berada di sekitar kita pun akan merasakan malu sendiri jika membuang sampah tidak di tempatnya.

2. Malu berlalu lintas
Cobalah lihat dalam keseharian, berapa banyak pelanggaran lalu lintas yang terjadi di jalan raya. Mulai dari pelanggaran kecil, seperti berhenti di belakang zebra cross bagi pengendara kendaraan bermotor, tidak mentaati lampu lalu lintas, hingga yang berbahaya yaitu berjalan melawan arah bagi kendaraan bermotor. Para pelanggar lalu lintas jelas sudah tahu jika yang mereka lakukan adalah salah, namun tidak adanya budaya malu saat melakukan pelanggaran membuat semua pelanggaran itu menjadi lumrah dan terjadi berkepanjangan. Dengan berlalu lintas baik dan benar, tidak lantas membuat lalu lintas menjadi teratur, namun membiasakan diri berlalu lintas dengan baik dan benar akan membantu membuat perubahan itu sendiri.

3. Malu terhadap waktu
Berkurangnya rasa hormat terhadap waktu. Tepat waktu adalah sesuatu yang harus kita hargai dan junjung tinggi. Disiplin mengenai ketepatan waktu sangat diperlukan, banyak tulisan seperti “waktu adalah uang” atau “bagi kami waktu penting” hal tersebut merepresentasikan betapa pentingnya waktu pada kehidupan manusia. Dengan membiasakan tepat waktu sehari-hari, akan menghukum secara moral orang yang tidak disiplin terhadap waktu.

4. Malu terhadap hak orang lain
Rasa toleransi banyak menghilang saat ini, terutama pada kota besar seperti Jakarta, dimana penduduknya cenderung bersikap individualistis, mementingkan egonya masing-masing. Sehingga rasa toleransi terhadap orang lain banyak berkurang. Seperti pengendara motor yang melewati trotoar yang seharusnya jalur tersebut diperuntukkan bagi pejalan kaki, pedagang di jembatan penyebrangan yang seharusnya jembatan penyebrangan diperuntukan bagi pejalan kaki. Setiap orang mempunyai hak yang harus dihargai oleh orang lain, untuk itu perlu dikembangkan rasa toleransi terhadap hak orang lain.

Tulisan ini bukan hanya untuk mengkritisi akibat hilangnya rasa malu dari diri kita sendiri, namun untuk melakukan perubahan dan perbaikan agar rasa malu kembali tumbuh dan hadir dalam setiap warga negara.
Sudah sepatutnya, merasa malu saat melakukan kesalahan adalah hal normal yang dirasakan para pembuat kesalahan.

No comments:

Post a Comment

My TripAdvisor