Wednesday, January 16, 2013

Situ Cangkuang, Garut

Garut, sebuah kabupaten di sebelah Selatan Kota Bandung, jaraknya relatif tidak terlalu jauh, dengan perjalanan 1,5 – 2 jam saja sudah sampai di Garut. Dengan catatan tidak ada kemacetan di Nagreg ya.
Sebelum memasuki Garut, dari kejauhan  terlihat Garut yang dikelilingi oleh rantai gunung. Ya memang, Garut terletak di kaki gunung, tercatat ada Gunung Papandayan, Gunung Cikuray menjulang tinggi menutupi Garut.

Sebelum memasuki Garut, mengunjungi Situ dan Candi Cangkuang menjadi pilihan yang tepat, jika naik bis bilang saja mau turun di Simpang Leles. Saat turun, nanti ada dua pilihan untuk menuju Situ Cangkuang yang berjarak 3km dari jalan raya, jika naik delman bayar Rp.10.000/orang hingga Situ Cangkuang. Kami memilih untuk menaiki delman saat itu.
Situ Cangkuang berlatar Gunung Papandayan

Pelataran parkir Situ Cangkuang tidak terlalu luas, di musim liburan, Situ Cangkuang sering menimbulkan macet dari pengunjungnya. Petugas loket menyapa kami ramah saat memasuki pelataran situ,

“ Sabaraha jalmi, kang?” sapanya dalam bahasa Sunda. Ia mengenakan seragam safari biru tua dan tersenyum ramah.

“Tilu”, jawab saya dalam bahasa Sunda seadanya. Setelah menyerahkan uang sebesar Rp.9.000 untuk 3 orang, kami pun memasukin pelataran situ. Situ Cangkuang tidaklah luas, sesuai namanya, situ yang berarti danau kecil. Jejeran rakit yang terpakir di tepian situ siap membawa kami menyebrangi situ, menuju sebuah dataran kecil di tengah situ. Disanalah letak Candi Cangkuang dan Kampung Adat Pulo yang terkenal itu.
Deretan rakit di Situ Cangkuang

Sigap kami melompat ke atas rakit dengan panjang sekitar 20 meter tersebut, sambil menunggu penumpang lainnya naik ke atas rakit. Jika ingin menyewa rakit untuk satu rombongan saja, tinggal siapkan uang sebesar Rp.80.000 pulang pergi, namun jika perorangan hanya membayar Rp.4.000 saja untuk pulang pergi.


Penumpang sudah penuh, lalu pemilik rakit mendorong rakitnya menjauhi dermaga dengan bambu panjang, perlahan rakit maju dan berputar menuju dataran di tengah Situ Cangkuang. Pemilik rakit memberitahukan nomor rakitnya, yaitu nomor 14 agar kami tidak salah naik rakit saat kembali.

Candi Cangkuang

Candi Cangkuang sudah dapat terlihat dari pinggir dermaga, bentuknya tidaklah besar, hanya ada 1 bangunan stupa. Candi Cangkuang adalah candi Hindu satu-satunya yang terletak di Tatar Sunda. Untuk menuju ke Candi, kami diharuskan berjalan memutar melewati toko souvenir yang berdiri di sisi kanan candi. Untungnya para penjual souvenir ini tidak memaksa seperti yang ada di Candi Borobudur.
Rumah Kampung Adat Pulo

Kami melewati Kampung Adat Pulo, hanya ada 6 rumah disini, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Rumahnya bergaya tradisional yang didominasi bahan kayu dan anyaman, seorang nenek yang duduk di depan rumah menarik perhatian saya. Ia tampak asik mengunyah sirih di mulutnya, usianya saya tebak lebih dari 80 tahun. Saya minta izin untuk foto beliau, tidak menolak namun ia berkata, 
Penduduk Kampung Adat Pulo

Add caption

“Sok aja lamun bade foto mah, masihan ka nini tapi” yang artinya ia meminta uang untuk di foto. Mengiyakan, lalu saya asik mengambil foto dia, ia pun Nampak tidak sungkan difoto, malah bisa berekspresi. Setelah selesai, saya menyerahkan selembar uang Rp.5.000  kepada beliau yang lantas ia lihat-lihat uangnya.

“Teu mahi atuh sakieu mah”, jawabnya.
“Sabaraha atuh, Bu?” Tanya saya dalam bahasa Sunda belepotan.
“Yah sakirangna Rp.10.000 kitu”, duh ternyata ia sudah bisa menetapkan tarif untuk foto.

Melewati rumah adat di Kampung Pulo, di sebelah kanan Candi Cangkuang ada sebuah rumah yang menjadi museum peninggalan barang di Cangkuang. Cangkuang itu ternyata adalah sebuah pohon seperti pandan yang banyak terdapat disana. Banyak benda menarik di museum ini, ada Al-Quran yang ditulis pada lembaran kulit pohon Sae. Masuk museum ini gratis, petugas dengan senang hati melayani pertanyaan dari para pengunjung.

Saya acungi jempol untuk pengelolaan kawasan Candi Cangkuang, tempat sampah banyak, dan juga kebersihan terjaga.

No comments:

Post a Comment

My TripAdvisor