Saya ingat sekali, pertama berkenalan dengan komunitas ini
medio Desember 2010, tidak ada keinginan untuk bergabung, apalagi harus
terlibat di dalamnya. Pepatah yang mengatakan tidak kenal maka tidak sayang
mungkin terjadi pada saya saat itu.
Sebenarnya, apa itu CouchSurfing? Jika melihat namanya
sekilas, langsung mengarahkan pandangan orang kepada olahraga surfing.
Nyatanya, anggota CouchSurfing pun melakukan surfing, tapi dari sofa ke sofa di
berbagai belahan dunia. CouchSurfing merupakan komunitas traveler global yang anggotanya
menyediakan tempat tinggal sementara secara gratis bagi traveler yang
berkunjung ke suatu daerah dan berfokus pada cultural exchange dan juga
membangun networking services bagi para anggotanya Dibuat istilah “couch” atau sofa bisa jadi
karena secara umum, ruang yang disediakan untuk tidur bagi anggota CouchSurfing
bisa jadi hanyalah sofa, bukan kamar, ataupun hanya ruangan kecil yang
beralaskan matras.
Perkenalan resmi saya dengan CouchSurfing dimula ketika
seorang teman dari Bandung datang menginap di rumah saya dan menceritakan apa
itu CouchSurfing, ia baru saja menjadi anggotanya saat itu. Awal melihat
web-nya cukup rumit, karena banyaknya yang harus diisi untuk melengkapi profil
anggota CouchSurfing, perlu lebih dari 1 minggu bagi saya untuk melengkapi
profil tersebut dan mengerti isi web CouchSurfing.
Pertemuan saya sesungguhnya dengan anggota komunitas
CouchSurfing adalah pada gathering bulanan CouchSurfing Jakarta bulan Februari
2011 di Restoran Steak Lover dibilangan Kemang, Jakarta Selatan. Restoran
berlantai dua ini dimiliki oleh salah seorang anggota CouchSurfing, Mba Nuri.
Ia berbaik hati membiarkan restorannya “diacak-acak” untuk gathering
CouchSurfing. Lebih dari 80 orang hadir pada gathering itu, CS Indonesia dan CS
luar Indonesia (saya kurang suka menyebut lokal dan bule). Tema yang diusung
pada gathering itu adalah Valentine Day, karena memang diadakan pada bulan
Februari, sehingga dress code yang harus digunakan adalah baju merah/pink.
Pada bulan Juli 2012, gathering bulanan CouchSurfing Jakarta diadakan di rumah saya, bertepatan dengan bulan puasa, sehingga gathering sambil berbuka puasa. Menurut daftar hadir, lebih dari 100 orang hadir dalam gathering tersebut, cukup ramai.
|
Suasana gathering |
|
Olympic games |
Pulang dari gathering, saya merasa jika CouchSurfing berbeda
dengan komunitas lainnya, bukan saya menganggap remeh komunitas lain, tapi saya
merasa visi dan misi CouchSurfing sejalan dengan saya. Yang paling menarik bagi saya dari
CouchSurfing adalah adanya cultural exchange jika saya melakukan hosting dan
surfing. Dengan membuka pintu rumah kita kepada traveler dari berbagai negara,
memungkinkan terjadinya pertukaran kebudayaan, tanpa harus berkunjung terlebih
dahulu ke negaranya.
Sebelum menjadi anggota CouchSurfing, pernah ada yang orang
Belanda dan Jepang yang tinggal di rumah saya, pertemuan dengan mereka secara
tidak sengaja sehingga akhirnya mereka bisa tinggal di rumah saya. Patrick,
seorang berkebangasaan Jerman berusia 20 tahun menjadi tamu pertama kali saya sejak
menjadi anggota CouchSurfing, ia berkeliling beberapa negara Asia selama 6
bulan. Dalam menerima tamu, saya tidak membedakan untuk CS Indonesia dan CS
luar Indonesia, semua saya terima dengan baik. Beberapa saya tolak, karena
mereka tidak membaca terlebih dahulu apa yang saya tulis di profile
CouchSurfing saya. Membaca profil orang yang akan kita hosting ataupun kita akan surfing itu sangat penting. Oh ya, sebagai anggota CouchSurfing kita tidak selalu harus
siap menerima tamu di rumah, bisa saja kita mengatur profil kita hanya untuk “Coffee
& Drink”, yang artinya kita tidak bisa menerima tamu di rumah, tapi kita
bisa bertemu untuk sekedar minum bersama anggota CouchSurfing lain.
|
Patrick |
|
Bersama Maurice, Georg, dan Jakob di Bali |
Saya biasanya tidak terlalu ketat pada jumlah hari para
anggota CouchSurfing menginap di rumah saya, andaikata mereka nyaman dan saya
juga nyaman, biasanya mereka bisa tinggal lebih dari 3 hari. Ada kakak beradik
dari Jerman, Georg dan Jakob yang tinggal di rumah saya lebih dari 9 hari, beberapa
tinggal selama 5 hari. Tamu saya yang paling aneh adalah Roma dan Dennis dari
Rusia, saat pertama menulis CouchRequest kepada saya, mereka janji akan sampai
di rumah saya pada pukul 5 sore, nyatanya hingga pukul 10 malam mereka belum
juga datang, pada pukul 10.30 saya mendapat sms dari nomor Rusia jika mereka
5km dari rumah saya. Saat sampai di rumah, mereka bercerita jika mereka ingin
hitch hike (menumpang) mobil dari Bandara Soekarno-Hatta, namun tidak ada mobil
yang berhenti, sampai akhirnya ada mobil kedutaan Jerman yang memberikan mereka
tumpangan hingga Bundaran HI, dan mereka jalan kaki dari Bundaran HI menuju
Pasar Minggu, kurang lebih 20km dengan tas besarnya!
Selain hosting, saya juga mencoba untuk surfing saat
traveling, surfing pertama saya adalah di tempat Michele, di Pulau Penang,
Malaysia. Tidak terlalu mudah untuk menemukan anggota CouchSurfing yang mau
diinapi, hal ini saya jumpai di Phuket, Thailand, saat saya mengirim lebih dari
10 CouchRequest, namun tidak ada satupun yang menanggapi, hingga akhirnya saya
tinggal di hostel. Ya memang tidak selalu beruntung mendapatkan host yang mau
menerima kita. Di Ho Chi Minh pun begitu, dari 7 CouchRequest yang saya kirim,
tidak ada yang respon. Namun, saya melakukan city tour bersama beberapa
CouchSurfer dari Ho Chi Minh.
|
City tour bersama CS di Ho Chi Minh |
Selain hosting dan surfing, traveling bersama anggota
CouchSurfing menjadi hal yang sangat menyenangkan, karena kami mempunyai hobi
yang sama, yaitu traveling dengan berbiaya murah. Berbagai tempat di Pulau
Jawa, Bali, dan Sumatera sudah kami kunjungi bersama.
|
Traveling ke Krakatau |
|
Gathering CS Jawa Tengah dan Yogya |
CouchSurfing Indonesia mempunyai festival tahunan sejak
tahun 2010, yang mana tahun sebelumnya dilaksanakan di Jakarta, tahun ini yang
berkesempatan menjadi tuan rumah adalah Bali. Di CSI Festive ini biasanya banyak
kegiatan yang melibatkan anggota CouchSurfing ataupun komunitas lain. Kegiatan
yang dilaksanakan tahun lalu diantaranya hitch hiking race dan Pecha Kucha.Tahun ini lebih banyak
kegiatan, diantaranya ada bakti sosial yang menggandeng komunitas lainnya.
Saya merasa komunitas CouchSurfing ini membuka jendela dunia
saya, untuk memperhatikan berbagai macam kebudayaan dunia dan karakter
orang-orangnya.