Lihat Peta Lebih Besar
Berkunjung ke Banyuwangi setelah menempuh perjalanan dari Surabaya dengan kereta, kami salah waktu pergi ke Banyuwangi menjelang akhir pekan, karena tiket kereta habis, terpaksalah kami duduk di gerbong restorasi, disertai tatapan sinis dari pelayan, karena kami duduk di kursi makan. Agar muka pelayannya berubah jadi manis dan senyum, kami memesan makanan dan minuman.
Sampai di Stasiun Ketapang, Banyuwangi pada pagi hari, ternyata kami salah turun, mustinya turun 1 stasiun sebelum Ketapang, yaitu Karangasem, ini akibat kami pindah dari gerbong restorasi ke gerbong eksekutif yang sudah mulai kosong, nyamannya tempat duduk dan AC membuai kami hingga tertidur, dan stasiun tujuan pun terlewati. Untung saja rel kereta hanya sampai Ketapang, Banyuwangi, bagaimana ceritanya jika kereta langsung ke Bali.
Tak lama menunggu di Stasiun Ketapang, teman Difa, David pun datang, lalu kami diajak ke rumahnya di dekat Polres Banyuwangi. Cukup lelah karena perjalanan panjang dari Surabaya, lalu David menawarkan untuk mencicipi makanan khas Banyuwangi, RUJAK SOTO. Mendengar nama makanannya pun saya bingung, bukan karena tidak pernah mencicipi rasanya rujak dan soto, namun ide menggabungkan dua jenis makanan yang saya yakin rasanya "bertabrakan" itu didapat darimana. Saya dan Difa pun saling berpandangan heran begitu di tawari untuk mencicipi makanan itu, namun rasa penasaran pun memaksa kami untuk mengiyakan tawaran David.
Rujak Soto (Sumber : http://graceeleven.blogspot.com/2011/03/hometown-culinary.html) |
Rujak Soto pun datang, yak persis dugaan saya sebelumnya, kombinasi rujak dan soto menghasilkan rasa nano-nano di mulut saya. Rujak soto merupakan paduan dari rujak cingur dan soto babat, bumbu khas rujak yang menggunakan terasi, kemudian disiram dengan kuah soto babat yang kuning. Satu suap, dua suap, rasanya masih belum dapat saya terima, belum biasa nampaknya..haha.
Fact behind story :
1 porsi rujak soto : Rp.7.000
No comments:
Post a Comment